Mari kita membahas dekongestan oral yang paling umum di pasaran, yaitu Pseudoefedrin, obat ini dikontraindikasikan kepada beberapa orang dengan kondisi medis tertentu, salah satunya adalah penderita tekanan darah tinggi.
Berdasarkan suatu meta analysis mengenai pengaruh dari pseudoefedrin terhadap tekanan darah dan denyut jantung (heart rate) [1] didapatkan summary sebagai berikut :
Pseudoephedrine caused a small but significant increase in Sistolic Blood Pressure (SBP) (0.99, mm Hg; 95% CI, 0.08 to 1.90) and Heart Rate (HR) (2.83 beats/min; 95% CI, 2.0 to 3.6), with no effect on Diastolic Blood Pressure (DBP) (0.63 mm Hg, 95% CI, –0.10 to 1.35). The effect in patients with controlled hypertension demonstrated an SBP increase of similar magnitude (1.20 mm Hg; 95% CI, 0.56 to 1.84 mm Hg). Higher doses and immediate-release preparations were associated with greater BP increases.
Untuk mengetahui kenapa hal itu dapat terjadi, sebelumnya kita harus mengenal terlebih dahulu target yang dituju oleh obat ini.
SISTEM SARAF OTONOM
Tubuh kita memiliki dua jenis sistem saraf, yaitu sistem saraf somatik [2] yang bisa kita kendalikan secara penuh, serta sistem saraf otonom [3]yang tidak memerlukan intervensi kita untuk mengontrolnya.
Untuk mengaktifkan atau menonaktifkan suatu mekanisme dalam tubuh, sistem saraf ini dikontrol oleh berbagai macam neurotransmitter [4], yaitu senyawa kimia yang berfungsi menyampaikan pesan antar sel.
Agar pesan yang dibawa olehnya dapat tersampaikan, neurotransmitter ini harus membentuk ikatan dengan suatu molekul (umumnya protein) yang disebut reseptor, [5] ikatan antar neurotransmitter dengan reseptor ini bersifat spesifik, tidak sembarangan neurotransmitter dapat berikatan dengan semua reseptor.
SIstem saraf otonom kemudian dapat dibagi kembali menjadi dua jenis berdasarkan neurotransmitter yang mengaktifkannya, yaitu sistem saraf simpatik serta sistem saraf parasimpatik.
Sumber gambar : In Vitro SSP Studies on Autonomic Nervous System
Pseudoefedrin dapat memberikan efek pada sistem saraf simpatik, yang memberikan respon terhadap neurotransmitter adrenalin (disebut juga dengan epinefrin). [6] Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai adrenalin dan mekanisme kerjanya, silakan kunjungi jawaban dari David Christianto Yohanes berikut ini yah (Jawaban David Christianto Yohanes untuk Bagaimana adrenalin bisa bekerja secara cepat?).
MEKANISME KERJA PSEUDOEFEDRIN
Sistem saraf simpatik memiliki beberapa jenis reseptor, disebut dengan reseptor alpha dan beta, berikut adalah klasifikasinya :
Sumber gambar : Adrenergic Receptors as Pharmacological Targets for Neuroinflammation and Neurodegeneration in Parkinson’s Disease | IntechOpen
Mekanisme kerja pseudoefedrin termasuk dalam golongan agen simpatomimetik, yaitu suatu golongan obat yang bekerja dengan cara meniru efek dari neurotransmitter alami tubuh, [7] dalam hal ini adrenalin.
Reseptor yang dapat dipengaruhi oleh pseudoefedrin diantaranya adalah sebagai berikut :
Dari informasi di atas dapat diketahui bahwa pseudoefedrin dapat mempengaruhi reseptor Alpha dan Beta Adrenergik, walaupun affinitasnya pada reseptor Beta lebih rendah (partial agonist).
Berdasarkan informasi reseptor mana saja yang dipengaruhi oleh pseudoefedrin, mekanisme kerja pseudoefedrin sebagai dekongestan oral adalah sebagai berikut :
- Mengaktifkan reseptor Alpha-1 → Menyebabkan Vasokonstriksi → Dengan menyempitnya pembuluh darah, maka jumlah aliran darah yang melalui hidung dan tenggorokan akan berkurang, sehingga mengurangi peradangan pada membran nasal yang menyebabkan gejala hidung tersumbat.
Akan tetapi, vasokontriksi yang disebabkan pseudoefedrin tidak hanya terjadi pada rongga hidung dan saluran pernafasan, karena reseptor Alpha-1 tersebar di berbagai otot polos di seluruh tubuh, maka pembuluh darah lain juga dapat terpengaruh. Inilah sebabnya pseudoefedrin dikontraindikasikan pada penderita hipertensi.
- Mengaktifkan reseptor Beta-2 → Menyebabkan Bronkodilatasi (pelebaran diameter saluran pernafasan) yang pada akhirnya memberikan rasa lega pada saat bernafas.
Akan tetapi, pseudoefedrin juga dapat menstimulasi reseptor Beta-1 yang menyebabkan peningkatan denyut jantung (heart rate) sehingga muncul perasaan berdebar di dada, inilah sebabnya pseudoefedrin juga dikontraindikasikan kepada penderita gangguan irama jantung (aritmia).
Jawaban dari pertanyaan.
Hipertensi yang disebakan oleh oleh dekongestan oral terjadi akibat mekanisme kerjanya terhadap reseptor adrenergik, yaitu menyempitkan pembuluh darah dan meningkatkan denyut jantung.
Tambahan
Sampai sini, kita paham bahwa reseptor beta-1 dan beta-2 memiliki mekanisme kerja yang berlawanan (antagonis), oleh karena itu pada umumnya obat - obatan asma akan dikontraindikasian dengan obat - obatan antihipertensi dan sebaliknya, kecuali untuk obat yang didesain selektif, seperti Obat golongan Penghambat Beta-1 Selektif (Cth: Atenolol, Nebivolol, dan Bisoprolol) [8] yang tidak akan atau memiliki efek yang minimal terhadap reseptor Beta-2, serta Obat golongan Penghambat Beta-2 Selektif [9](Cth: Albuterol, Salmeterol, Formoterol) yang lebih aman bagi penderita asma yang juga mengalami gangguan kardiovaskular.
Semoga membantu, apabila ada rekan yang hendak mengoreksi saya persilakan yah.
Catatan Kaki
No comments:
Post a Comment