Saturday, July 27, 2019

Obat warung untuk si meong, amankah?

Sebenarnya, terdapat obat - obatan tersendiri untuk mengobati berbagai penyakit pada hewan, [1] namun di Indonesia sendiri masih cukup jarang Apotek yang menyediakan obat untuk hewan, yang saya ketahui umumnya para vet yang akan mengelola sendiri obat - obatan yang akan diberikan setelah melakukan diagnosa, yah setidaknya di kota tempat tinggal saya seperti itu.
Akibat kesulitan ini, kemudian timbul pertanyaan.
Apakah boleh kita memberikan obat manusia, katakanlah panadol untuk hewan peliharan?
Kalau mau main bodoh - bodohan logika, kemungkinan sih jawabannya adalah "boleh", khususnya apabila hewan peliharaan kita adalah mamalia, karena toh obat - obatan pada tahap awal pengembangannya juga diujikan kepada tikus, mencit, atau kelinci.
Harusnya kita bisa tinggal melakukan ekstrapolasi/konversi dosis berdasarkan mg/kg berat badan atau mg/luas permukaan tubuh saja dong.
Kenyataannya tidak semudah itu Rudolfo.
Profil farmakokinetika antara hewan dan manusia dapat berbeda secaradrastis, bisa saja obat yang diserap lambat oleh usus manusia malah cepat sekali diserap oleh usus hewan, atau obat yang cepat dimetabolisme oleh liver manusia ternyata malah mengendap di liver hewan.
Hal ini berpotensi mengubah obat yang dalam dosis normal dapat menyembuhkan manusia menjadi racun yang mematikan bagi hewan, bahkan dalam dosis yang minimal.
Kasus ini ditemukan pada beberapa obat manusia yang diberikan kepada hewan, seperti Ibuprofen yang dapat menyebabkan pendarahan pada lambung dan gagal ginjal pada hewan, [2] atau Parasetamol yang dapat menyebabkan kerusakan serius pada liver dan sel darah merah hewan, menyebabkan hewan peliharaan kita kekurangan oksigen (hipoksia). [3]
Tidak hanya obat manusia yang tidak kompatibel dengan obat hewan, obat suatu spesies hewan juga bisa tidak kompatibel dengan spesies lainnya. Contohnya adalah obat anti kutu permethrin yang walaupun dapat digunakan untuk anjing, ternyata dapat menyebabkan keracunan pada kucing.
Tuh kan ada tanda peringatannya.
Hal ini disebabkan karena liver kucing tidak memiliki enzim glucuronosyltransferase untuk menetralkan sisa obat dalam tubuhnya [4]

Kesimpulannya? Walaupun mungkin ada obat manusia yang dapat diberikan kepada hewan dengan sedikit penyesuaian dosis seperti Famotidin untuk gangguan pencernaan dan Difenhidramin untuk meredakan gejala alergi, lebih baik luangkan waktu untuk berkonsultasi dengan Dokter hewan yang kompeten di bidangnya sebelum memberikan obat pada hewan peliharaan.
\(▽ ̄ \ ( ̄▽ ̄) /  ̄▽)/
Catatan Kaki

No comments:

Post a Comment