Suatu tanaman, katakanlah tanaman XYZ, diketahui memiliki aktivitas antimikroba, disebabkan oleh suatu senyawa yang dikandung olehnya.
Nah senyawa itu masih dalam bentuk campuran, seperti satu anak kunci dalam tumpukan kunci lainnya, entah yang mana yang bisa membunuh mikroba ( ´ ω ` )ノ゙
Inilah yang menyebabkan obat herbal dipercaya memiliki efek samping yang lebih rendah dibandingkan obat sintetis, karena senyawa yang dapat menimbulkan efek tertentu hanya berada dalam jumlah kecil dalam campuran tersebut.
Sehingga efek pengobatannya juga baru akan dirasakan jika dikonsumsi secara rutin dalam jangka waktu yang lama.
Lantas kamu mau mengonsumsi sekian banyak senyawa kimia organik sampingan yang tidak mendatangkan manfaat, selain berpotensi merusak ginjal dalam penggunaan jangka panjang?
Saya sih tidak mau, itu sih kerjaan tabib zaman batu, meramu herbal untuk diolah menjadi jamu (~˘▽˘)~
Oleh karena itu, dilakukanlah proses ekstraksi senyawa, sehingga didapatkanlah beberapa senyawa dengan sifat yang mirip.
Senyawa ini kemudian akan diisolasi untuk mendapatkan suatu senyawa tunggal dan dikarakterisasi, sehingga diketahui struktur molekulnya. Disini kita mendapatkan suatu senyawa tunggal untuk ditambahkan ke pangkalan data.
Melalui high throughput screening, si kunci - kunci ini kemudian akan dicoba satu persatu ke lubang kunci (reseptor) yang sudah diketahui strukturnya.
Jika ada kunci yang bisa membentuk suatu ikatan komplementer dengan reseptor untuk mengaktivasi suatu respon spesifik (hit), kunci (senyawa) itu disebut dengan lead compound, inilah yang akan dikembangkan lebih lanjut menjadi obat, melalui tahapan yang panjang dan rumit.
Pekerjaan para ahli farmasi dan kimia selanjutnya adalah mencari jalur sintetik yang paling efektif dan efisien untuk membuat obat tersebut, tanpa perlu bergantung dengan sumber dari tumbuh - tumbuhan lagi.
No comments:
Post a Comment