Saturday, July 27, 2019

Apakah vaksin adalah konspirasi?

Mengatakan vaksin adalah suatu konspirasi untuk membunuh orang itu, jahat.
Maaf, saya sekadar ingin mencari alasan untuk memasukkan gambar Dian Sastro ke tulisan ini.
Kasihan itu teman - teman Apoteker dan para pakar lain yang bekerja di Biofarma, Sanofi, atau produsen vaksin lainnya, setiap hari bekerja dengan niat menolong orang, eh malah dituduh yang bukan - bukan (つω`。)
Vaksin itu tidak berbahaya untuk kebanyakan populasi umum yang sehat, sebelum divaksin sebaiknya memang berkonsultasi kepada dokter, tetapi hal itu sekadar untuk memastikan bahwa pada saat diimunisasi sistem imun kita dapat memberikan respon yang baik kepada antigen yang disuntikkan.
Tidak peduli apakah alasannya karena vaksin menyebabkan autisme lah, vaksin itu haram karena katalisatornya tercampur DNA babi lah, habatussaudadan madu adalah pengobatan terbaik yang diajarkan oleh Nabi lah, semua itu bohong. Saya yakin sekali kalau Nabi masih hidup sampai saat ini, pasti beliau akan antre paling depan untuk diimunisasi, agar menjadi contoh bagi umatnya.
Dan sedihnya, masih banyak orang yang berpikiran seperti ini. [1]
Kasihan itu anak keduanya, kecipratan bersin sedikit bisa masuk ̶U̶G̶M̶ UGD.
Zero Tolerance gigi lu gendut.
Kasihan nih pak walikota kalau sampai harus se- desperate itu menghadapi warganya.

Kalau kita mau ̶b̶e̶r̶k̶o̶n̶s̶t̶i̶p̶a̶s̶i̶ berkonspirasi, justru para antivaksin lah yang mungkin bertujuan untuk mengurangi populasi dunia, jangan dibalik.
Saya engga tahu apa yang ada dalam pikiran Andrew Wakefield saat menulis jurnal yang mengatakan bahwa vaksin menyebabkan autisme dan di kemudian hari menjadi salah satu kitab suci awal para anti vaksin.[2]
Karena orang ini, terjadi beberapa hal buruk di kampung halamannya (UK), seperti menurunnya jumlah orang yang divaksin MMR (Campak, Gondongan, dan Rubella) dari 90% menjadi 79% pada tahun 2003, menyebabkan peningkatan drastis kasus infeksi MMR.
Padahal vaksin MMR telah terbukti dapat mengeliminasi wabah yang pernah terjadi, mengurangi rate of infection secara drastis.
Pada tahun 2006, seorang anak dari Manchester menjadi pasien pertama yang meninggal akibat cacar dalam 14 tahun terakhir. [3]
Wabah lainnya terjadi di South Wales pada tahun 2013, yang menginfeksi lebih dari 1000 orang, yang umumnya anak - anak, sehingga pemerintah UK mendistribusikan 50.000 dosis vaksin MMR untuk mencegah penyakit ini tersebar lebih luas. [4]
Sekarang, mari kita bergeser sedikit dari UK ke US.
Saat ini di Amerika sedang terjadi wabah cacar setelah penyakit tersebut dinyatakan telah musnah pada tahun 2000 silam, tidak tanggung - tanggung, menurut The Centers for Disease Control, sejak 1 Januari 2019 hingga 27 Juni 2019, terdapat 1095 kasus infeksi cacar pada 28 negara bagian, mayoritas adalah anak - anak yang tidak diimunisasi[5]
Tidak usah jauh - jauh ke luar negeri deh, kasus wabah difteri pada tahun 2017 lalu yang menjadi kejadian luar biasa juga menampar kita, betapa pentingnya imunisasi. [6]

Iya, antivaksin adalah tren yang buruk sekali, entah sampai kapan herd immunity masih melindungi para antivaksin.
Oh yah, untuk teman - teman yang belum tahu, herd immunity adalah suatu bentuk perlindungan tidak langsung terhadap penyakit infeksi kepada orang yang tidak diimunisasi, karena mereka hidup ditengah komunitas yang diimunisasi dan kebal terhadap penyakit, nebengers lah istilahnya. [7]
Tetapi herd immunity ini hanya berlaku bagi penyakit yang tersebar melalui udara (airborne infection). Penyakit infeksi yang tidak disebarkan melalui udara seperti tetanus tetap akan membunuhmu jika kamu tidak diimunisasi ( ̄▽ ̄)ノ
Iya, genosida sekarang gampang, sebarkan saja paham antivaksin lalu sebarkan virus atau bakteri penyebab penyakitnya, voilaaaaa berkurang banyak deh populasi suatu wilayah.

Mungkin hanya itu pendapat yang bisa daku tuliskan, semua dikembalikan kepada teman - teman semuanya, penting atau tidak sih kita diimunisasi. Tapi kalau tahu - tahu mati karena "pilek" ya tanggung sendiri saja yah ~ヾ(・ω・)
Catatan Kaki

No comments:

Post a Comment