Alergi, merupakan suatu reaksi berlebihan (hipersensitifitas) dari sistem kekebalan tubuh, kepada molekul yang dalam keadaan normal, sebenarnya tidak terlalu berbahaya, reaksi ini diperantarai oleh suatu Antibodi spesifik, yaitu Immunoglobulin E.
#1. Proses Produksi Antibodi
Tahapan produksi Antibodi spesifik diawali saat suatu molekul asing (antigen) dipresentasikan oleh sel penyaji antigen (antigen presenting cell), yang dapat berupa sel dendritik, makrofag, maupun sel lain.
Proses penyajian antigen ini, diawali dengan proses internalisasi antigen dalam proses fagositosis, untuk kemudian diproses menjadi potongan - potongan antigen dan dipresentasikan pada permukaan sel sebagai protein MHC class II. [1]
Protein MHC class II ini kemudian akan diikat oleh sel Limfosit T, lebih tepatnya sel T yang telah berdiferensiasi menjadi sel T CD4 (T Helper naïve ). [2]
Ikatan antara sel T Helper naïve dengan protein MHC class II spesifik ini menyebabkan sel T Helper teraktivasi dan mengalami pembelahan (proliferasi) serta pematangan (diferensiasi) membentuk satu set sel efektor, salah satunya adalah sel T Helper 2 (Th2).
Oke, sampai disini kita memiliki sel T Helper yang sudah teraktivasi dan sel Th2 yah.
Cerita selanjutnya adalah tentang sel Limfosit B
Suatu Antigen yang masuk ke dalam tubuh kita, dapat berinteraksi dan terikat dengan sel B naïve, hal ini disebabkan sel B sebenarnya juga memiliki kemampuan sebagai sel penyaji antigen dan dapat memproduksi protein MHC class II pada permukaannya.
Protein MHC class II yang terdapat pada permukaan sel B akan dikenali oleh sel T Helper yang telah diaktivasi oleh Antigen yang sama dan membentuk ikatan dengan bantuan molekul CD4 yang dimilikinya, proses ini disebut dengan linked recognition.
Setelah melalui tahapan linked recognition, sel Th2 baru akan memainkan peranannya, dengan memproduksi sitokin (contohnya Interleukin-4) yang akan mengaktivasi sel B naïve menjadi sel plasma yang dapat menghasilkan Antibodi.
Seperti yang saya tuliskan pada paragraf awal, reaksi hipersensitifitas yang menyebabkan alergi diperantarai oleh Immunoglobulin E, suatu jenis Antibodi yang secara normal memiliki jumlah paling kecil dalam tubuh manusia.
Sumber gambar : Antibody Structure and Properties
Proses produksi Immunoglobulin E dipengaruhi oleh sel T Helper karena harus melalui tahapan Immunoglobulin Class Switching. Tanpa peranan sel T Helper yang sudah teraktivasi (T cell independent antibody secretion), sel B naïve hanya dapat memproduksi IgM dan IgD.
Sumber gambar : B Cells and Antibodies
Antibodi IgE yang dihasilkan oleh sel plasma ini kemudian akan mengaktivasi proses produksi molekul histamine, serotonin, dan leukotriene sebagai mediator reaksi alergi.
#2. Mekanisme Inflamasi
Monmaap, saya sepertinya menyarankan dirimu untuk menonton Anime Cells at Work! (はたらく細胞 Hataraku Saibō) episode 5 untuk memahami bagian ini dengan lebih asyik (¯▿¯)
Beberapa snapshot.
Nah, sekarang lah saatnya menjawab pertanyaan utama.
Mengapa ada orang yang alergi atau tidak alergi terhadap suatu bahan?
Jawabannya adalah karena Antibodi memiliki ikatan yang spesifik hanya terhadap Antigen tertentu.
Seseorang bisa saja alergi terhadap serbuk sari karena dalam hidupnya dia pernah mengembangkan Antibodi yang dapat mengikat serbuk sari (Alergen). Sementara itu, orang lain bisa saja alergi terhadap seafood karena memiliki Antibodi yang dapat mengikat Alergen dalam seafood.
Antibodi dalam tubuh kita tidak hanya berada dalam kondisi terikat pada sel (membran bound) tetapi sebagiannya juga berada pada kondisi terlarut dan terbawa pada peredaran darah (soluble).
Antibodi yang terlarut ini kemudian akan terikat dengan suatu reseptor spesifik pada permukaan sel efektor suatu respon akut terhadap alergen, seperti sel mast dan basofil.
Sel efektor yang tercoating dengan Antibodi memiliki sensitifitas yang lebih besar dibandingkan sel efektor yang tidak tercoating. Inilah yang menyebabkan seseorang alergi/tidak alergi terhadap suatu substansi, karena bergantung seberapa banyak sel yang sensitif terhadap alergen. [3][4]
Sebenarnya ada banyak sekali faktor yang mungkin mempengaruhi, tetapi sepertinya saya hanya bisa memberikan sedikit contoh.
Oh yah, sekadar sedikit tambahan
Sesak nafas akibat memakan kacang - kacangan sebenarnya bukan reaksi alergi biasa, hal tersebut mungkin (berarti tidak selalu) merupakan tanda akan terjadinya kondisi yang lebih berbahaya, disebut dengan anafilaksis.
Anafilaksis itu sendiri adalah suatu kondisi medis yang berbahaya, memiliki onset (durasi sejak terpapar faktor penyebab hingga muncul suatu reaksi) cepat dan berpotensi fatal sampai menyebabkan kematian, yang disebabkan suatu alergen tertentu.
Gejala
Ada beberapa gejala yang menandakan sebuah alergi berpotensi menyebabkan reaksi anafilaksis, diantaranya:
— gatal pada kulit akibat ruam, maupun gatal dan timbul warna kemerahan pada mata akibat reaksi inflamasi/peradangan.
— pembengkakan bagian tubuh tertentu, seperti pada bibir atau kelopak mata.
— gangguan pencernaan seperti diare, rasa penuh di perut, atau mual.
— menurunnya tekanan darah, ditandai dengan memucatnya kulit sampai timbul rasa pusing pada kepala. Akibat diameter pembuluh darah yang melebar (vasodilatasi).
— menurunnya suplai udara ke paru - paru, ditandai dengan kesulitan bernafas. Akibat diameter saluran pernafasan yang menyempit (bronkokonstriksi).
Sumber gambar : Anaphylaxis Requires Prompt Epinephrine Shot
Jika dirimu atau rekanmu mengalami gejala yang serupa, langkah yang paling tepat adalah segera pergi ke rumah sakit untuk diberi suntikan Adrenaline.
Terima kasih sudah berkenan membaca ( ̄ω ̄)
Catatan Kaki
No comments:
Post a Comment