Saturday, July 27, 2019

Apakah dengan mengkonsumsi obat tepat waktu dapat membantu mempercepat penyembuhan penyakit?

Iya dooong, ketepatan waktu konsumsi obat sangat berpengaruh terhadap proses penyembuhan penyakit, apalagi jika obat dalam regimen terapi tersebut merupakan antibiotik/antivirus dan sejenisnya yang apabila meleset dari jadwal atau bahkan terlewat dosis dapat menyebabkan si bakteri/virus tidak mati - mati.
Untuk menggambarkan nasib obat dalam tubuh, ada suatu hal yang disebut dengan profil farmakokinetik obat.
Sumber gambar : Pharmacokinetics - Wikipedia
Sederhananya, profil farmakokinetika ini menggambarkan perubahan konsentrasi obat pada tiap tahapan yang dilalui oleh obat tersebut, diawali dengan pembebasan zat aktif dari sediaan (liberation), penyerapan obat oleh dinding saluran pencernaan (absorption), distribusi obat menuju organ target, metabolisme obat, dan pengeluaran obat dari dalam tubuh (excretion).
Pada setiap tahapan yang dilalui, konsentrasi obat tentu akan berubah - ubah, mulai dari meningkat pada fase absorpsi, sampai mencapai konsentrasi maksimal dalam tubuh (Cmax), hingga akhirnya efeknya akan menurun saat konsentrasi obat mulai habis.
Kita harus mengonsumsi obat secara teratur untuk mencegah jangan sampai ada interval waktu dimana obat telah habis bereaksi dan dibuang oleh tubuh, tetapi kita belum mengonsumsi dosis selanjutnya.
Waktu yang diperlukan oleh obat sampai dikeluarkan sempurna oleh tubuh kita ini tentunya akan berbeda - beda antara suatu obat dengan obat lainnya. Karena itulah ada obat yang harus diminum tiga kali dalam sehari, dan ada pula obat yang cukup diminum satu kalo dalam sehari.
Satu hal yang penting, untuk obat yang diminum tiga kali sehari, sebaiknya diminum setiap delapan jam, sama halnya dengan obat yang diminum dua kali sehari, yang harus diminum tiap jam dua belas jam.
Dan, jam kita mengonsumsi obat tidak boleh berbeda - beda setiap harinya, apabila di hari pertama diminum pukul 6.00 dan 18.00, maka sepanjang durasi pengobatan jadwal tersebut sebaiknya dijaga agar selalu tepat.
Begitulaaaaah, kalau susah mengingat jadwal minum obat, pasang alarm yah ( ̄▽ ̄)

Apa yang dimaksud uji disolusi terbanding?

Ada tiga kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu sediaan agar dapat disebut sebagai obat, apabila salah satunya tidak dapat dibuktikan, maka sediaan tersebut tidak dapat disebut dengan obat, kriteria tersebut adalah amanbermanfaat, dan berkualitas.
Sebagaimana yang kutuliskan pada jawaban sebelumnya, suatu produk obat paten/innovator/originator telah memenuhi seluruh kriteria tersebut berdasarkan evaluasi yang komprehensif dan menghabiskan banyak sekali biaya.
Tahapan evaluasi yang harus dilalui oleh obat paten dimulai dari uji pre-klinik (toksikologi), uji klinik, sampai post-marketing surveilance.
Oleh karena itu, obat generik/copy yang dibuat berdasarkan obat innovator yang sudah habis masa patennya, dipersyaratkan untuk memenuhi persyaratan uji ekivalensi baik secara in vitro (uji disolusi terbandingdilakukan dengan instrumen) maupun in vivo (uji bioekivalensi, dilakukan dengan sukarelawan manusia).
Uji ekivalensi ini bertujuan untuk mengetahui, apakah obat generik memiliki keamanan dan keefektifan yang sama dengan obat innovatornya.

Kita muter lagi kepada poin awal.
Uji disolusi terbanding merupakan studi awal sebelum dilakukannya uji ekivalensi secara in vivo.
Alasan utama produsen obat copy sebisa mungkin menghindari uji bioekivalensi secara in vivo adalah efisiensi biaya pengembangan obat.
Kalau kamu jadi pemilik perusahaan farmasi, kamu lebih pilih mana? Harus mengumpulkan orang sebagai sukarelawan untuk direkam profil bioavailabilitasnya atau cukup melakukan pengujian dengan instrumen yang pastinya jauh lebih murah biayanya?
Iya, walaupun tidak membuat bahan aktif obat dari awal, tetap saja biaya untuk mengumpulkan segala dokumen yang diperlukan untuk registrasi obat itu mahal.
Oleh karena itu BPOM memberikan keringanan dalam kondisi tertentu kepada beberapa obat copy[1] seperti:
  • Produk obat yang tidak memerlukan studi in vivo
  • Produk obat copy yang hanya berbeda kekuatan, uji disolusi terbanding dapat diterima untuk kekuatan yang lebih rendah berdasarkan perbandingan profil disolusi.
  • Zat aktif memiliki kelarutan dalam air yang tinggi dan permeabilitas dalam usus yang tinggi (BCS kelas 1).
  • Zat aktif memiliki kelarutan dalam air yang tinggi tetapi permeabilitas dalam usus yang rendah (BCS kelas 3).
Untuk obat - obatan tersebut, produsen tidak perlu melakukan uji bioekivalensi in vivo, cukup uji disolusi terbanding secara in vitro.

Untuk melaksanakan uji disolusi terbanding, kita harus memiliki mesin dissolution tester.
Uji disolusi terbanding dilakukan dengan membandingkan profil disolusiantara produk obat copy terhadap produk innovator.
Pengujian dilakukan menggunakan 3 medium disolusi yang berbeda, yaitu medium asam klorida pH 1.2 (simulasi cairan lambung), medium buffer sitrat pH 4.5 dan medium buffer fosfat pH 6.8 (simulasi cairan usus) masing-masing sebanyak 900 ml dengan suhu 37 ± 0.5 °C (simulasi suhu tubuh manusia).
Pengambilan sampel dilakukan sejumlah tertentu pada menit tertentu yang ditentukan dalam protokol yang telah ditetapkan sebelumnya, kadar dari obat kemudian dihitung menggunakan spektrofotometer atau instrumen lain yang sesuai.
Data konsentrasi obat copy pada setiap waktu pengambilan sampel kemudian akan diplot ke dalam kurva profil disolusi dan dianalisis dengan menghitung faktor kemiripan antara obat copy dengan obat innovator.
Begitu deh kira - kira (^_<)
Catatan Kaki

Apakah obat paten dapat menyembuhkan penyakit lebih cepat daripada obat generik?

Apakah kamu akan percaya jika aku bilang jawabannya adalah tidak ada bedanya? ( ̄▽ ̄)
Luangkan waktumu sekitar 15 menit untuk membaca jawaban ini, aku akan meyakinkan dirimu dengan membandingkan seadil mungkin kalau obat generik itu sama saja dengan obat paten/originator/innovator, dengan harga yang puluhan kali lebih murmer ~ヾ(・ω・)
*crack knuckles*

Ada banyak perusahaan farmasi berbasis riset di dunia ini, dengan sejarah yang panjang dan sumber daya yang melimpah, mulai dari uang, pengetahuan, dan SDM yang nomor satu di bidangnya.
Para ahli farmasi, medis, kimia, dan sebagainya yang bekerja di perusahaan inilah yang memulai cerita penciptaan obat yang kita kenal dan gunakan sehari - hari, ini kisah yang selalu berulang sejak ratusan tahun yang lalu.
Tetapi, semua itu tidak gratis.
Perusahaan innovator mengeluarkan sangat banyak sumber daya untuk menciptakan obat, dalam proses yang sangat panjang dan melelahkan. Sampai akhirnya obat tersebut dapat mencapai tahap pendaftaran obat baru (New Drug Application/NDA) untuk kemudian disetujui izin edarnya oleh regulator yang berwenang.
Lalu apakah setelah sekian banyak pengorbanan yang dikeluarkan, formula obat itu langsung dilempar begitu saja ke pasaran? Dibuka semua data proses sintesis zat aktif dan struktur molekulnya supaya semua orang bisa mengetahuinya?
Istilah "obat paten" muncul dari penghargaan yang diberikan oleh regulator kepada perusahaan innovator untuk memproduksi secara eksklusif obat yang baru ditemukan itu selama 20 tahun sejak obat tersebut disetujui untuk pertama kalinya.
Aspirin adalah obat yang ditemukan dan dipatenkan oleh Bayer, tetapi saat ini patennya telah expired dan dijual dalam bentuk generiknya dengan nama Asam Asetil Salisilat.
Itulah mengapa perusahaan farmasi di Indonesia kebanyakan hanya memiliki produk me too, sangat jarang sekali (atau sepertinya aman untuk mengatakan tidak ada) ada perusahaan farmasi di Indonesia yang mampu memproduksi obat sintetik yang benar - benar baru (new chemical entities) dari nol.
Mereka hanya bisa menunggu sampai obat - obatan yang memiliki hak paten ini habis masa patennya sehingga dapat memproduksi versi "generik" dari obat tersebut, baik dengan nama generik maupun dengan nama dagang yang diberikan sendiri (obat generik bermerek).
Perusahaan farmasi juga dapat mereformulasi obat generik dengan mengumpulkan beberapa zat aktif dalam satu bentuk sediaan (seperti obat flu yang berisi analgesik, antipiretik, dan antihistamin).
Oke guys, masih semangat kan membacanya? (・∀・)ノ

Mari kita …………….
Seperti yang sudah kutuliskan di atas, obat generik merupakan kopian dari obat paten yang sudah habis masa edarnya.
Itulah mengapa harga obat generik jauh lebih murah dari obat paten, karena komponen biaya penelitian dan pengembangan bisa dihilangkan dari COGM suatu obat.

— Bahan aktif farmasi
Bahan aktif merupakan suatu senyawa kimia yang memiliki aktivitas untuk mempengaruhi sistem biologis. Ketiadaan bahan aktif dalam suatu formulasi sediaan membuat suatu sediaan tidak dapat disebut dengan "obat" dan hanya dapat disebut dengan "plasebo".
Obat generik memiliki bahan aktif yang sama dengan obat paten, dan bahkan amat sangat mungkin bahan aktif yang digunakan dalam obat generik diproduksi juga oleh perusahaan farmasi yang sebelumnya memiliki paten obat tersebut. Hal ini umum terjadi di awal - awal masa off patent.
Lalu …. dalam suatu formula obat, apabila diformulasikan dalam bentuk sediaan yang sama, jumlah bahan aktif dan potensi yang dimiliki oleh obat paten dan obat generik adalah sama.
Kenapa harus sama? Jawabannya adalaaaah:
— Bioekivalensi

Q: Lalu kak, apakah mungkin obat generik dan obat paten, walaupun memiliki bahan aktif yang sama, bisa jadi memiliki bahan tambahan yang berbeda?
Ya memang sih, hal itu bisa saja terjadi.
Q: Sehingga apakah mungkin, ada suatu obat paten yang aman untuk digunakan pada populasi tertentu tanpa menimbulkan suatu efek merugikan, katakanlah alergi, sementara versi generiknya dapat menyebabkan alergi?
Ya kamu benaaaaar, bisa bangettttt.
Q: Jadi obat generik jelek dong?
Engga doooong, alergi tidak hanya bisa disebabkan oleh obat generik, obat paten pun bisa menyebabkan alergi pada populasi tertentu.
Perbedaan bahan tambahan yang digunakan tersebut, tidak boleh mempengaruhi khasiat dan keamanan suatu obat generik.
Gini  yuk kita lanjutkan ngobrolnya.

Untuk membuktikan khasiat dan keamanannya, obat generik tidak perlu melakukan uji klinis seperti obat paten, sehingga kesepadanan secara biologis (bioekivalensi) merupakan syarat fundamental dari suatu obat generik.
Agar suatu obat generik dapat dinyatakan bioekivalen, obat tersebut harus memiliki ketersediaan hayati (bioavailabilitas) yang identik dengan obat paten.[1]
Bioavailabilitas merupakan profil yang menggambarkan perbandingan waktu yang diperlukan (rate) untuk sejumlah (extent) bahan aktif obat dari mulaiterlepas dari suatu sediaan hingga tersedia pada target kerja obat tersebut (site of action).
Jika profil bioavailabilitas suatu obat generik dinyatakan identik dengan obat paten, barulah obat generik itu bisa dikatakan bioekivalen, dan dianggap memiliki khasiat dan keamanan yang sama dengan obat paten yang sudah dibuktikan dengan uji klinis.
Harusnya begitu, tetapi dunia obat - obatan dan medis itu bukan matematika yang 2+2 sudah pasti 5.
Biar adil, saya tidak menutupi fakta bahwa ada beberapa kasus tertentu, yang menunjukkan bahwa bioekivalensi tidak selalu dapat diterjemahkan bahwa kedua produk obat adalah memiliki efek klinis yang sama dan profil keamananyang sama (ekivalen terapeutik).
Hal ini terjadi karena persyaratan bioekivalensi menyatakan bahwa Area Under Curve dan konsentrasi maksimum (Cmax) dari suatu produk generik tidak boleh kurang dari 80% dan tidak boleh lebih dari 125% dari obat patennya.
Terkadang, variasi kecil yang diperbolehkan ini dapat menyebabkan perbedaan klinis yang bermakna pada pasien dengan ras tertentu atau pasien dengan metabolisme yang unik.
Sehingga, walaupun hanya sejumlah kecil populasi yang terdampak, sedikit banyak harus diakui bahwa tidak semua obat generik pasti 100% sama efektifitas dan keamanannya dengan obat paten.
Contoh dari kasus ini diantaranya adalah:
  • Beberapa Antibiotik generik memiliki potensi untuk membunuh mikroba dan kelarutan yang lebih rendah dibandingkan dengan obat patennya. [2]
  • Beberapa pasien yang diberikan obat Antiepilepsi (Leviracetam) generik, diketahui mengalami episode konvulsi yang lebih banyak dibandingkan saat diberikan obat patennya. [3] [4]
Tapi ini hanya terjadi pada sejumlah kecil populasi, ada jauh lebih banyak obat generik yang memiliki efektifitas dan keamanan yang sama dengan obat patennya, contohnya pada berbagai macam obat penurun tekanan darah[5], obat penurun kolesterol (Statin) [6], dan obat antipsikosis dan schizophrenia (Clozapine)[7]

— Penutup
Sebagai Apoteker yang pernah mencicipi perusahaan farmasi multinasional dan perusahaan farmasi lokal, aku berani menjamin kalau seluruh tahapan prosesproduksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu dari obat generik (baik yang menggunakan nama generik maupun merek dagang sendiri) dan obat paten yang merupakan innovator itu sama persis, karena memang standar Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang digunakan sama, tidak ada bedanya sama sekali.
Malah, apabila seseorang memiliki keyakinan yang kuat bahwa obat dengan merek dagang akan bekerja lebih baik dibandingkan dengan obat generik. Lama kelamaan akan muncul suatu sugesti yang dapat mengarah kepada munculnya efek samping yang seharusnya tidak muncul.
Ekspektasi negatif yang mengarah kepada menurunnya efektifitas dan keamanan obat ini disebut dengan efek nocebo, suatu kebalikan dari efek placebo.
— Kesimpulan
  • Ketersediaan obat generik dapat menurunkan biaya pengobatan dan meningkatkan keterjangkauan akses obat bagi teman - teman kita yang kurang mampu.
  • Pengujian bioekivalensi sudah dilaksanakan di seluruh penjuru dunia dan telah membuktikan bahwa mayoritas obat generik yang ekivalen secara biologi akan ekivalen juga secara terapeutik, sehingga memiliki efek klinis dan profil keamanan yang sama.
  • Tidak menutup fakta bahwa ada obat generik yang tidak 100% sama dengan obat paten (innovator) dalam hal efektifitas, keamanan, maupun parameter lain seperti kelarutannya. Akan tetapi kasus ini langka dan hanya terjadi pada populasi tertentu, tidak menutup kemungkinan dirimu juga dapat mengalami efek yang tidak diinginkan setelah mengonsumsi obat paten.
  • Jangan lupa untuk selalu berkonsultasi dengan Dokter dan/atau Apoteker kepercayaan anda, dan segera laporkan segala efek samping yang anda terima selama menjalani regimen pengobatan.
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini!
Miku loves you all! ❤
Catatan Kaki

Bagaimana cara menghancurkan batu ginjal?

Sebenarnya, tidak ada seorang pun yang dapat menjawab pertanyaan terkait batu - batuan dengan lebih baik daripada beliau dibawah ini.
Apa daya, beliau sudah tiada karena di snap oleh Iron Man.
Kalau begitu, terpaksalah sementara ngobrolnya dengan diriku sahaja yang hanya ampas ini, semoga jawaban ini akan nyaman dan mudah untuk dibaca yah guys ( ´ ▽ ` )

Batu ginjal adalah suatu endapan keras yang terbentuk didalam ginjal dan tersusun atas berbagai macam senyawa, seperti garam atau mineral.
Penyebab timbulnya batu ginjal ini sangat beragam, salah satunya adalah kebiasaan menahan buang air kecil dan malas minum, remeh temeh kan? tapi bisa menjebol kantong atau plafon asuransi jika ginjal kita sampai bermasalah.
Kurangnya asupan air menyebabkan kepadatan material terlarut dalam urin akan meningkat, sehingga batu ginjal akan terbentuk akibat mineral pada urin membentuk ikatan satu sama lain dan pada akhirnya akan membentuk kristal.
Sebenarnya, ada banyak kasus pembentukan batu ginjal yang tidak disadari oleh penderitanya. Hal ini terjadi karena ukuran si batu yang terbentuk masih sangat kecil sehingga mudah untuk dibuang melalui urin.
Masalah baru akan dirasakan oleh penderita apabila ukuran batu yang akan dikeluarkan melalui saluran kemih lebih besar dibanding dengan diameter saluran tersebut (umumnya lebih besar dari 10 mm), gejala yang akan dirasakan seperti:
  • Rasa sakit yang hebat pada bagian tertentu (つω`。)
  • Pendarahan saat berkemih (hematuria)
  • Berkurangnya volume urin (disuria) karena si batu menyumbat saluran kemih
  • Komplikasi maupun infeksi saluran kemih (UTI)
Nah, apabila gejala - gejala seperti itu muncul, segeralah berkonsultasi kepada Dokter yang berkompeten di bidangnya.
Akan tetapi, sekadar untuk pengetahuan umum, berikut ini adalah beberapa metode yang bisa dilakukan untuk membantu maupun mempercepat proses penyembuhan.

#1. Analgesik dan Antiinflamasi
Apabila batu yang terbentuk masih dalam taraf yang aman (benign), pada umumnya Dokter akan memberikan keputusan untuk menunggu batu ginjal untuk keluar dengan sendirinya
Dalam periode menunggu ini, jika pasien merasa nyeri, obat pereda nyeri dan anti peradangan seperti Ibuprofen atau Natrium Diklofenak, maupun Celexocib bagi pasien yang memiliki resiko tukak lambung dapat diberikan untuk meningkatkan kenyamanan pasien.
Apabila pasien merasakan nyeri yang amat sangat, dengan berbagai pertimbangan, Dokter mungkin akan memberikan Analgesik Opioid.
#2. Penghambat reseptor alfa
Apabila neurotransmitter adrenaline/epinephrine dihalangi agar tidak berikatan dengan reseptor alfa, efek yang akan muncul adalah relaksasi otot polos.
Efek ini bisa dimanfaatkan untuk melebarkan diameter saluran kemih, sehingga memudahkan batu ginjal untuk keluar dengan sendirinya. [1]
Contoh alfa bloker yang umum digunakan untuk memudahkan pengeluaran batu ginjal karena memiliki sifat yang selektif (tidak memberikan banyak pengaruh pada reseptor lain selain reseptor target) adalah Tamsulosin, walaupun digunakan secara off label, karena ini sebenarnya adalah obat yang ditujukan untuk pengobatan penyakit pembesaran prostat.
Dengan teori yang sama, yaitu melebarkan saluran kemih, beberapa golongan obat lain seperti penghambat kanal kalsium (nifedipine), kortikosteroid, maupun penghambat fosfodiesterase-5 (Vardenafil), juga banyak diteliti efektifitasnya untuk membantu mengeluarkan batu ginjal, akan tetapi penghambat alfa tetap menjadi alternatif yang terbaik. [2]
#3. Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)
Apabila batu ginjal membandel dan tetap tidak mau keluar walaupun sudah dibantu dengan obat - obatan, Dokter dapat menggunakan prosedur yang lebih agresif untuk mengenyahkan batu tersebut.
Apabila batu yang hendak dienyahkan masih berukuran kurang dari 20 mm, batu tersebut masih mungkin untuk dihancurkan tanpa operasi.
Prosedur Lithotripsy untuk menghancurkan batu ginjal (maupun batu pada bagian tubuh lain seperti empedu) memanfaatkan gelombang kejut (shockwave) untuk menghancurkan batu menjadi fragmen yang lebih kecil, sehingga dapat dikeluarkan bersama dengan urin. [3]
#4. Ureterorenoscopy (URS)
Apabila batu yang terbentuk lebih besar dari 20 mm, dan ESWL tidak mampu memecahkannya dengan efektif, Dokter akan menggunakan metode ini untuk menghancurkan batu ginjal yang tertinggal.
Dengan metode URS, Dokter akan memasukkan suatu instrumen khusus melalui saluran kemih dan kandung kemih. Batu yang ditemukan kemudian akan dihancurkan secara mekanis atau menggunakan laser. [4]
#5. Percutaneous Nephrolithotripsy (PCNL)
Apabila seluruh terapi non invasif gagal akibat batu yang terlalu besar atau terlalu banyak, Dokter akan merekomendasikan prosedur penghancuran batu melalui sayatan kecil pada bagian belakang tubuh.
Sebelum prosedur dilaksanakan, Dokter akan melakukan pengujian pada sampel darah dan urin pasien untuk mengetahui apakah ada infeksi atau tidak.
Pasien kemudian akan menjalani prosedur CT Scan, ultrasound, atau x-ray untuk memastikan dimana posisi batu yang tepat, hal ini penting karena prosedur PCNL harus dilaksanakan se-non invasif mungkin.
Sama seperti prosedur URS, batu ginjal juga akan dihancurkan secara mekanis atau menggunakan laser.

Satu pesan terakhir sebelum aku menutup jawaban ini, jangan lupa minum air mineral secara rutin ya guys! Bawa tumblr kemanapun dirimu pergi, ramah lingkungan, sehat dan hemat ~ヾ(・ω・)
Catatan Kaki

Seperti apa mekanisme kerja obat kanker?

Kanker bukanlah penyakit biasa, penyakit yang ditakuti oleh semua orang ini melibatkan banyak sekali faktor yang kompleks. Sampai saat ini pun belum ada obat yang cukup efektif dan aman untuk mengobati kanker.
Karena kanker (most likely) ini juga kita harus mengucapkan sayonara kepada kaori -chan (╥﹏╥)
Selanjutnya, kamu pasti mau tanya mengapa.
Kanker itu sebenarnya adalah sobat kental dengan tumor, mereka sama - sama disebabkan oleh sel - sel yang mengalami kerusakan sehingga dapat menghindari proses kematian yang normal (apoptosis).
Bedanya kalau sifat tumor umumnya adalah benign (jinak) dan tidak akan menyebar kepada organ tubuh lainnya, kanker memiliki sifat malignant(ganas) yang akan secara invasif merusak jaringan di sekelilingnya karena dapat menyebar melalui sistem peredaran darah dan sistem limfatik (metastasis). [1]
Proses penyebaran kanker inilah yang menjadi penyebab utama kematian pasien kanker.

Sebenarnya, cara terbaik untuk mengobati kanker adalah dengan menjauhi seluruh faktor pencetus perubahan susunan DNA, yang menyebabkan sel tubuh kita menjadi sel kanker. Seperti tidak merokok, rajin berolahraga, membatasi junk food, selalu menggunakan sunblock dan sebagainya.
Tetapi kalau sudah terkena kanker, ya sudah terlambat, yang bisa kita lakukan tinggal bagaimana mencegah sel kanker ini menyebar ke bagian tubuh lain dan membunuh mereka hingga tidak bersisa.
Pada saat inilah pasien kanker memerlukan terapi.
Ilustrasi[2]
Apakah teman - teman tahu kalau terapi kanker tidak hanya dilaksanakan menggunakan obat (kemoterapi)?
Sedikitnya ada tujuh metode pengobatan kanker yang ada sampai saat ini (atau setidaknya segitu yang saya ketahui hahahaha), yaitu operasi, radiasi, kemoterapi, immunoterapi, ̶a̶i̶r̶ ̶k̶e̶n̶c̶i̶n̶g̶ ̶o̶n̶t̶a̶, terapi dengan penanda (marker), dan terapi hormon.
Tapi karena judul pertanyaan ini adalah mekanisme kerja obat kanker, yang lain - lain itu kita kesampingkan dahulu yah.

Ada banyak sekali obat kemoterapi/sitotoksik/antineoplastik dan apalah - apalah sebutan lainnya, baik dalam bentuk sediaan tunggal maupun kombinasi untuk mengurangi efek samping atau untuk meningkatkan efektivitaspengobatan.
Obat - obatan ini memiliki struktur molekul yang berbeda - beda, rute dan cara penggunaan yang berlainan, jenis kanker yang dapat diobati juga berbeda - beda, dan tidak ketinggalan, efek samping yang bermacam - macam dan sulit untuk diprediksi.
Proses perkembangan dan perbanyakan sel kanker secara umum sama seperti sel normal, sama - sama terdapat berbagai fase dalam proses pembelahan sel.
Sumber gambar : McGraw-Hill Medical
Tahap - tahap inilah yang akan dihambat oleh obat kemoterapi, setiap obat dapat bekerja pada tahap siklus sel yang berbeda, tergantung dari jenis kankernya.
Satu hal yang perlu diingat, karakteristik dari sel kanker adalah dapat membelahlebih cepat dibanding sel yang normal. Pada kemoterapi konvensional, hal inilah yang dijadikan parameter oleh obat untuk membedakan sel kanker dan sel normal.
Masalahnya, obat ini kan suatu benda mati, mereka tidak bisa menghidupkan google maps apabila tersasar di dalam tubuh kita. Hal tersebut akan menimbulkan berbagai macam efek samping yang tidak diinginkan.
Sel yang umumnya secara tidak sengaja dibunuh oleh obat kanker adalah sel yang dapat membelah diri dengan cepat seperti sel sumsum tulang belakang yang membentuk sel darah, folikel rambut, maupun sel - sel pada saluran pencernaan dan sistem reproduksi, serta tidak menutup kemungkinan sel penyusun jaringan dan organ lain juga dapat dibunuh oleh obat kanker.
Baiklah cuap - cuap pendahuluanku rasanya sudah cukup yah, berikut ini adalah beberapa jenis obat kanker yang ada di pasaran diantaranya :
#1. Agen pengalkilasi
Agen pengalkilasi seperti cisplatin, klorambusil, dan oksaliplatin menghambat pembelahan sel kanker dengan merusak susunan DNA yang telah mengalami mutasi genetik.
Secara mudahnya, DNA ini adalah cetak biru (blueprint) untuk seorang tukang agar memasang batu bata pada posisi yang sudah ditentukan, apabila cetak birunya acak - acakan karena mutasi, tentunya si tukang akan menyusun batu batanya dengan berantakan dan bangunan yang tadinya dimaksudkan menjadi rumah malah menjadi pos ronda.
Daripada menghabiskan sumber daya dalam tubuh kita, lebih baik dihancurkan saja cetak birunya sehingga pos ronda itu tidak akan terbangun.
#2. Antimetabolit
Teman - teman masih ingat tidak pelajaran biologi saat SMA? Kalau DNA dan RNA tersusun atas berbagai basa nitrogen? Basa nitrogen dua karbon (adenin dan guanin) adalah purin, sedangkan basa cincin nitrogen satu karbon (timin dan sitosin) adalah pirimidin.
Antimetabolit seperti 5-flourourasil (antagonis pirimidin), 6-merkaptopurin (antagonis purin), dan methrotreksat (antagonis folat) akan membunuh sel kanker dengan menghambat pembentukan molekul penyusun materi genetiknya.
Salah satu contoh dari antimetabolit adalah methrotreksat (MTX), dengan mekanisme kerja sebagai berikut :
Tubuh kita memerlukan asam folat untuk memproduksi materi penyusun DNA. Akan tetapi, asam folat yang berperan dalam reaksi biosintesis ini harus diproses dulu oleh tubuh menjadi bentuk aktifnya yaitu tetrahidrofolat.
MTX membunuh sel kanker dengan menghambat konversi dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat. Hal ini terjadi karena MTX memiliki struktur molekul yang komplementer untuk "menggoda" enzim dihidrofolat reduktase (DHFR) agar mau berikatan dengan dirinya ketimbang berikatan dengan dihidrofolat.
Sumber gambar Competitive Inhibitor
Iya, dalam dunia biokimia dan obat - obatan juga ada istilah pelakor.
#3. Topoisomerase inhibitor
DNA tersusun atas miliaran informasi yang disimpan dalam gulungan yang sangat rapat (supercoiled) sehingga muat untuk disimpan di dalam inti sel.
Agar untai DNA ini dapat disalin, struktur ini harus dibuka dulu untuk sementara oleh enzim bernama helikase. Dengan pengandaian kasar, kita bisa katakan kalau helikase ini fungsinya sama seperti retsleting celana kita.
Nah, saat helikase membuka untai DNA, akan terbentuk suatu ketegangan/tension pada bagian DNA yang terbuka (DNA replication fork). Tegangan ini akan distabilkan oleh enzim topoisomerase agar untai DNA tidak putus selama proses penyalinan.
Itulah yang dikerjakan oleh obat kanker golongan topoisomerase inhibitor, mereka mengganggu kerja topoisomerase sehingga untai DNA yang terbuka menjadi tidak stabil dan pada akhirnya putus.
#4. Penghambat mitosis
Obat kemoterapi yang termasuk golongan ini diantaranya adalah vinblastin, vinkristin, dan paclitaxel.
Mekanisme kerjanya adalah dengan menghambat proses pembelahan sel pada tahap metafase agar tidak dapat memasuki tahap selanjutnya yaitu anafase, dimana suatu struktur seperti tali imajiner bernama tubulin akan berperan untuk menarik kromosom kepada masing - masing sel yang baru terbentuk.
Supaya lebih mudah, cukup bayangkan dirimu dan temanmu sedang bermain tarik tambang, tetapi tali yang kamu gunakan diikat pada bagian tengah dengan sebuah pohon jambu. Kamu tidak akan pernah bisa menarik tali itu mendekati dirimu.
Sama halnya dengan mekanisme penghambat mitosis, kromosom yang telah terbentuk tidak akan pernah bergerak menuju sel yang baru terbentuk, sehingga sel kanker akan mati.

Mungkin hanya itu yang bisa kubagikan untuk saat ini.
Terima kasyiiiii!
Catatan Kaki