Selain akibat iritasi ringan yang disebabkan debu atau pasir, rasa perih yang kita rasakan pada mata dapat terjadi saat mata kita terpapar oleh bahan yang dapat mengganggu keseimbangan tekanan osmosis [1] mata, contohnya surfaktan/deterjen yang terdapat pada sabun/shampoo.
Selain memang diperuntukkan bagi kondisi khusus seperti untuk mengatasi pembengkakan pada kornea mata, [2] obat - obatan yang digunakan dengan cara diteteskan langsung pada mata harus memiliki tekanan osmosis yang sama dengan cairan mata (isotonis).
Tekanan osmosis ini begitu penting untuk diperhatikan karena hanya dalam kondisi isotonis perpindahan cairan dari dan ke dalam sel terjadi secara seimbang.
Sumber gambar: Hypotonic Solution
Apabila mata terpapar dengan bahan yang memiliki tekanan osmotik yang lebih rendah dari cairan mata (hipotonis) maka cairan tersebut akan masuk ke dalam sel mata (Gambar a). Hal ini bukan merupakan kondisi yang ideal, sel akan pecah apabila terlalu banyak cairan dari luar yang terbawa masuk kedalamnya, dan tentu akan menyebabkan rasa sakit.
Sementara itu, jika suatu bahan memiliki tekanan osmotik yang lebih tinggi dari cairan mata (hipertonis) maka cairan dalam sel mata akan tertarik keluar(Gambar c). Rasa sakit akan terjadi akibat penciutan sel karena cairan didalamnya berkurang.
Nah, lalu bagaimana merekayasa agar suatu larutan tetes mata memiliki tekanan osmosis yang sama dengan cairan mata? Jawabannya adalah dengan ditambahkan cairan pengisotonis dengan perhitungan tertentu, [3]contohnya adalah Natrium Klorida setara dengan 0.9%.
Itulah mengapa garam yang digunakan di industri farmasi adalah garam khusus (pharmaceutical grade) dengan kemurnian yang tinggi dan konsisten, bisa puyeng nanti kami kalau setiap produksi harus menghitung dulu jumlah NaCl yang perlu ditambahkan kalau kadarnya berbeda - beda tiap batch- nya. [4]
Catatan Kaki
No comments:
Post a Comment