Sunday, March 31, 2019

Apa penyakit medis yang mungkin akan dialami oleh seorang pecandu kerja?



Kecanduan kerja merupakan hal yang unik, pada umumnya orang akan bekerja dalam waktu yang lebih lama dari biasanya apabila ada suatu tekanan eksternal, seperti atasan maupun deadline pekerjaan.
Pada beberapa kasus, sesorang yang kecanduan kerja akan bekerja melebihi jam standar dan tetap menikmatinya, hal ini dapat terjadi apabila pekerjaan tersebut memang passion yang diminati oleh orang tersebut.
Beberapa teman bahkan ayah saya sendiri termasuk dalam pecandu kerja ini, beliau bisa pulang larut malam padahal tidak ada suatu pekerjaan yang sangat penting untuk diselesaikan secepatnya, beliau hanya bilang “abah lupa lihat jam, asyik kerja tahu - tahu sudah malam”.
Lembur atas kesadaran sendiri ini berbahaya dibandingkan lembur dipaksa, tidak ada alarm berupa rasa lelah atau semacamnya, karena pekerjaan tidak akan dianggap sebagai hal yang memberatkan. Tahu - tahu kelelahan parah dan stress pun menyerang.
Beberapa kasus terkait overwork ini umum terjadi di negara Jepang, bahkan mereka memiliki istilah sendiri terkait ini, yaitu Karōshi (過労死). [1] Karoshi merupakan peristiwa kematian yang disebabkan jam kerja yang berlebih.
Penyakit medis yang umumnya dialami oleh pecandu kerja diantaranya adalah penyakit kardiovaskular seperti jantung dan stroke akibat stress yang berlebih. [2]
Kondisi stress akan memberikan sinyal kepada hipotalamus untuk menghasilkan corticotropic releasing hormone (CRH) [3] yang menyebabkan pelepasan adreno corticotroprin hormone (ACTH) [4] di hipofisis (kelenjar pituitari). ACTH akan merangsang korteks adrenal untuk melepas kortisol [5].
Kortisol sebenarnya merupakan hormon yang memiliki fungsi regulatory dalam tubuh dalam jumlah yang normal (homeostasis). Nah, apa yang akan terjadi jika kita kelebihan kortisol karena stress berlebih?
  • Penurunan berat badan karena kortisol akan meningkatkan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi.
  • Meningkatkan curah jantung, efeknya adalah dada yang berdebar - debar (takikardia) dan tekanan darah tinggi (hipertensi). Hipertensi yang tidak diobati dapat menjadi pemicu bagi penyakit kardiovaskular dan komplikasi lainnya, seperti pengerasan arteri dan stroke.
  • Menekan sistem imun, sehingga meningkatkan kemungkinan terkena infeksi, penyakit seperti flu dapat menjadi makanan sehari - hari.
  • Menyebabkan kerusakan mukosa lambung karena sekresi enzim pencernaan yang berlebihan, hal ini menjelaskan kenapa para pekerja keras sering mengalami maag.
  • Meningkatkan kadar gula darah melalui mekanisme glukoneogenesis [6] sehingga meningkatkan resiko diabetes.
Terima kasih sudah berkenan membaca, semoga bermanfaat. :D

Berapa lama kafein bertahan dalam tubuh?


Waktu paruh eliminasi (t 1/2) yang diperlukan agar kafein berkurang kadarnya sebanyak 50% pada orang dewasa normal adalah 3 - 7 jam.
Kafein diabsorpsi oleh tubuh dengan sangat cepat, konsentrasi plasma puncak kafein tercapai dalam 15 - 120 menit (umumnya 45 menit) setelah konsumsi.
Jika seseorang mengkonsumsi suatu minuman yang mengandung 80 mg kafein, setelah ±5 jam kadar kafein dalam tubuhnya akan tersisa 40 mg, begitu juga setelah ±5 jam berikutnya, menyisakan 20 mg kafein.
Kadar kafein akan terus berkurang secara eksponensial hingga kadar kafein dalam darah keluar dari jumlah minimum yang diperlukan untuk memberikan efek(sub terapi) dan tidak lagi bermakna.
Lalu kita akan kembali mengantuk.

Apakah vape mengandung nikotin/tar?

Umumnya vape (electronic cigarettemengandung nikotin, bersamaan dengan propilen glikol dan/atau gliserin serta perisa/pengaroma.
Akan tetapi, absennya proses pembakaran untuk menghasilkan asap menyebabkan vape tidak menghasilkan karbon monoksida dan tar.

Hal ini terjadi karena tar bukan merupakan suatu senyawa tunggal, melainkan suatu campuran resin dari berbagai senyawa dan dihasilkan sebagai hasil sampingan reaksi pembakaran zat organik. Kita sering menemukan tar dalam kehidupan sehari hari, seperti pada sisa pembakaran kayu.

Catatan Kaki
















Berapa lama virus HIV bisa bertahan diluar ruangan? Apakah seseorang bisa tertular HIV dari cairan sperma atau vagina yang tercecer setelah hubungan badan?


Diluar tubuh inang, virus HIV akan mati (inaktif) karena kerusakan material genetika yang dimilikinya, berikut ini adalah beberapa informasi yang saya dapatkan :
  • Virus HIV akan mati jika terpapar suhu yang tinggi (diatas 60 ° C) akan tetapi mereka dapat bertahan hidup pada pada suhu dingin yang ekstrem, suatu studi menunjukkan bahwa darah mengandung HIV yang disimpan pada suhu -70 ° C tidak mengalami penurunan aktivitas virus, nilai titer (konsentrasi) HIV akan tetap stabil dan dapat bertahan setidaknya selama seminggu dalam darah kering pada suhu 4 ° C.
  • Suatu penelitian menggunakan sampel lebih dari 800 jarum suntik yang berisi darah terinfeksi HIV, menunjukkan hasil bahwa HIV dapat diisolasi dari 10% jarum suntik setelah 11 hari disimpan pada suhu kurang dari 4 ° C, apabila disimpan pada suhu ambient/suhu kamar (27 - 37 ° C) HIV akan mati setelah tujuh hari.
  • HIV sangat sensitif dengan lingkungan yang memiliki pH dibawah 7 dan di atas 8, hal inilah yang menyebabkan HIV dapat menular melalui narkoba suntik, karena darah manusia memiliki pH 7.4.
  • Pada mayat penderita AIDS yang disimpan pada suhu 2 ° C, masih ditemukan HIV aktif setelah 11 - 16 hari pasca kematian, HIV tidak terdeteksi dalam jumlah yang signifikan setelah lebih dari 16 hari. Senada dengan hal tersebut, HIV masih dapat ditemukan pada organ penderita AIDS yang disimpan pada suhu 20 ° C hingga 14 hari setelah kematian.
Sejauh yang saya ketahui, belum ada studi yang menjelaskan berapa lama HIV dapat bertahan pada mayat yang mengalami proses dekomposisi secara normal, akan tetapi apabila pada mayat yang disimpan pada suhu 2 ° C saja HIV sudah tidak terdeteksi setelah lebih dari 16 hari, sepertinya mereka tidak akan bertahan lebih lama jika tertimbun didalam tanah.

Saturday, March 30, 2019

Bagaimana mekanisme aksi antibodi monoklonal pada pengobatan kanker?

Selama ini kita tahunya antibodi ya berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh (sistem imun), yang jika sistem imun melemah akan membuat kita mudah terserang bibit penyakit.
Kira - kira apa ya hubungannya pengobatan kanker dengan antibodi?
Antibodi adalah suatu glikoprotein dengan struktur tertentu yang diproduksi sebagai respon dari masuknya antigen yang berupa protein atau polisakarida ke dalam tubuh. Terdapat lima kelas antibodi dalam tubuh manusia, tiga di antaranya ditampilkan dalam gambar ini.
Sistem kekebalan tubuh memanfaatkan antibodi untuk mengidentifikasi dan menetralkan benda asing seperti bakteri dan virus maupun toksin-toksin yang dihasilkan olehnya.
Lalu bagaimana caranya suatu antibodi dapat mengenali antigen-antigen ini? Apakah mereka saling say hello dan cipika - cipiki saat berpapasan di dalam sistem peredaran darah dan sistem limfatik?
Jawabannya dapat ditarik mundur ke proses terbentuknya antibodi. Antibodi diproduksi oleh sel B yang telah berdiferensiasi menjadi sel plasma. Tahapan yang panjang ini diawali oleh dikenalinya antigen asing oleh sel penyaji antigen (APC) dalam hal ini limfosit B. Kemudian antigen yang telah diolah, disajikan kepada sel T-helpermembuat sel Th aktif dan mengeluarkan sitokin, yang pada akhirnya membantu sel B tersebut menjadi aktif (lihat gambar berikut).
Sumber gambar : McGraw-Hill Medical
Sel B kemudian akan mengalami diferensiasi menjadi dua jenis, yaitu sel B memori yang memiliki masa hidup dalam waktu yang panjang untuk mengingat dan memberikan reaksi cepat pada pajanan antigen yang pernah memasuki tubuh, dan sel B efektor (sel plasma) yang akan memproduksi antibodi.
Antibodi yang dihasilkan akan bersifat spesifik terhadap antigen pemicunya, sehingga antibodi tersebut dapat mengenali antigen - antigen yang telah tersebar pada aliran darah maupun cairan pada jaringan untuk menginisiasi respon imunitas selanjutnya.
Antibodi mengenali antigen dengan mengikat epitop (bagian dari antigen) pada antigen-binding fragment (Fab) (Lihat gambar kanan) secara spesifik. Spesifisitas inilah yang melatarbelakangi perkembangan antibodi monoklonal sebagai imunoterapi kanker dan juga menggunakan antibodi untuk penghantaran obat-obatan kemoterapi (kanker).
Horeeee tahap satu dari cerita ini sudah selesai, semoga sudah cukup sederhana untuk diikuti oleh semuanya.

Cerita selanjutnya adalah mengenai spesifisitas.
Sering kita lihat, pasien - pasien kanker yang telah menjalani kemoterapi mengalami kerontokan pada rambut dan kuku, mengapa hal ini dapat terjadi?
Untuk menjawabnya, kita harus kembali lagi kepada karakteristik dari sel yang terkena kanker, yaitu :
  • Tumbuh tidak terkendali, karena proses pembelahan sel berlangsung cepat melebihi batas normal
  • Menyerang jaringan di sekitarnya
  • Dapat bermetastasis ke jaringan tubuh yang lain melalui sirkulasi darah atau sistem limfatik
Rambut dan kuku merupakan bagian tubuh kita yang paling cepat tumbuh kembali setelah terpotong (kalo sampai ada yang bilang ekor yang paling cepat tumbuh berarti turunan cicak). Karakteristik ini merupakan salah satu indikator bahwa obat kemoterapi yang digunakan tidak menarget sel kanker secara spesifik, dan berpotensi besar menyebabkan kerusakan pada sel dan jaringan normal.
Selama bertahun - tahun dengan sumber daya yang dimilikinya, para ilmuwan mengkarakterisasi perbedaan spesifik antara sel normal dan sel kanker. Salah satu pendekatan yang dilakukan untuk menciptakan suatu terapi yang spesifik hanya membunuh sel kanker sehingga memiliki efek samping yang seminimal mungkin adalah dengan penggunaan antibodi monoklonal.
Contoh obat kemoterapi yang sudah mengaplikasikan antibodi monoklonal diantaranya :
  • Alemtuzumab
  • Gemtuzumab ozogamicin
  • Rituximab
  • Trastuzumab
  • Ibritumomab Tioxetan

Antibodi monoklonal sebagai imunoterapi bekerja dengan cara mencari dan mengenali suatu protein spesifik yang terdapat pada sel kanker, misal rituksimab yang bisa menyasar antigen CD20.[1] Harap diingat, setiap antibodi monoklonal hanya dapat mengenali satu jenis protein yang spesifik, yang banyak diekspresikan pada sel kanker tetapi tidak pada sel normal. Inilah alasan munculnya kespesifisikan dari kerja antibodi monoklonal.
Secara garis besar, ada dua tipe penggunaan antibodi monoklonal dalam kemoterapi, yaitu :
#1. Naked Monoclonal Antibody
Pada tipe ini, antibodi monoklonal yang digunakan dalam terapi tidak membawa serta suatu obat sitotoksik, mekanisme yang dimilikinya dapat berupa:
  • Terikat pada permukaan sel kanker, dan akan bertindak sebagai penanda (marker) untuk sistem kekebalan tubuh menghancurkan sel kanker tersebut. Obat - obatan yang memiliki mekanisme ini adalah alemtuzumab (Campath®) yang mengenali protein CD52.[2]
  • Terikat pada permukaan sel kanker dan memblokir sinyal yang menginisiasi pertumbuhan atau pembelahan sel kanker. Contoh obat yang memiliki mekanisme ini adalah trastuzumab (Herceptin®).
#2. Conjugated Monoclonal Antibody.
Pada tipe ini, suatu antibodi monoklonal (mAB) akan digabungkan bersama dengan suatu agen kemoterapi (drug conjugated monoclonal antibody). Obat sitotoksik konjugat akan bersirkulasi dengan aman di dalam tubuh sampai dia menemukan target spesifiknya. Hal ini akan mengurangi insiden rusaknya sel normal yang tidak terkena kanker sehingga mengurangi efek samping kemoterapi.

Umumnya obat - obatan kemoterapi yang menggunakan mekanisme ini adalah obat yang sangat poten dalam membunuh sel, sehingga akan sangat berbahaya jika dibiarkan berkeliaran menarget jutaan sel lain yang sebenarnya masih sehat tanpa diberikan marker untuk suatu target spesifik, yaitu sel kanker.
Contoh obat Antibody-Drug Conjugate (ADCs) ini adalah :
  • Brentuximab vedotin (Adcetris®), digunakan untuk mengobati limfoma Hodgkin dan limfoma sel besar anaplastik.
  • Ado-trastuzumab emtansine (Kadcyla®, juga disebut TDM-1), yang digunakan untuk mengobati kanker payudara.

Terima kasih atas kesediaannya membaca sampai selesai, silakan berikan tanggapan, sanggahan, maupun perbaikan pada kolom komentar yang disediakan.
Sampai jumpa lagi!
Catatan Kaki

Mata kuliah apa saja yang ada di jurusan farmasi? Apa rekomendasi buku/literaturnya?

Berikut ini adalah potongan transkrip akademik saya selama kuliah.
Sarjana Farmasi
Apoteker
Buku yang saya gunakan selama kuliah adalah:
Sepertinya hanya itu yang saya gunakan dulu.
Sisanya saya memanfaatkan jurnal dan artikel ilmiah di Internet untuk belajar :D

Bagaimana jika obat racikan yang diberikan pada anak dimuntahkan? Apakah obat tersebut perlu diberikan lagi atau tidak?

Disclaimer
Jawaban ini hanyalah diperuntukkan sebagai pengetahuan umum dan tidak bertujuan untuk digunakan sebagai informasi medis, silakan berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter atau apoteker kepercayaan anda.

Diperlukan atau tidak diperlukannya suatu kegiatan pemberian kembali (retaking) obat akibat pasien muntah tergantung kepada banyak faktor, seperti penyakit yang diderita pasien, gejala yang dialami, indeks terapi obat, bentuk sediaan obat (kapsul, serbuk, tablet, suspensi, sirup, maupun sistem extended/sustained release), kecepatan disolusi (pelarutan) obat, dan sebagainya, wadaw banyak sekali [ •́‸ •̀ ]


Parameter farmakokinetika tiap obat itu berbeda antara satu dengan yang lainnya, oleh karena itu, penarikan kesimpulan apakah obat harus diberikan lagi atau tidak akan tergantung dari obat apa yang dimuntahkan kembali itu.
Untuk yang kebetulan belum mengetahuinya, farmakokinetika merupakan salah satu cabang ilmu farmasi yang mempelajari mengenai nasib obat didalam tubuh manusia, mulai dari proses penyerapan (absorpsi), distribusi didalam tubuh, metabolisme obat, hingga keluarnya obat tersebut dari tubuh (ekskresi).
Tahapan absorpsi merupakan fase yang paling mempengaruhi, apakah suatu obat perlu dikonsumsi lagi atau tidak setelah dimuntahkan, karena pada tahap ini terjadi perpindahan molekul obat dari sediaan menuju plasma darah.
Jika obat dimuntahkan sebelum obat tersebut sempat terabsorpsi, maka kadar obat yang dalam plasma akan berada pada kadar sub terapi, sehingga efektivitas pengobatan akan menurun atau tidak berefek sama sekali.
Berdasarkan berbagai sumber, kecepatan pengosongan lambung anak - anak umumnya adalah 100 menit, akan terdapat variasi nilai antara seorang anak dengan anak yang lain.
Mengesampingkan pengaruh dari kecepatan disolusi, sifat fisikokimia obat yang mempengaruhi absorption rate, dan sebagainya, kita bisa sedikit menarik kesimpulan.
Oh ya, hal ini hanya berlaku bagi obat dalam bentuk sediaan padat, obat dalam bentuk cairan akan langsung terabsorpsi secara cepat tanpa perlu melalui tahapan pelarutan/disolusi.
  • Jika anak muntah kurang dari 0 - 15 menit setelah mengkonsumsi obat, dan terdapat fragmen dari obat yang dikonsumsi seperti patahan tablet, atau warna serbuk puyer, maka obat harus diminum kembali.
  • Apabila muntah terjadi setelah lebih dari 60 menit, jangan memberikan kembali obat kepada anak, karena sebagian besar obat telah diabsorpsi atau dialirkan menuju usus halus.
  • Jika muntah terjadi pada rentang waktu 15 - 60 menit, hanya berikan obat jika manfaat yang ditimbulkannya lebih besar dibandingkan dengan resiko yang mungkin ditimbulkannya.
Tentunya kesimpulan akan hal ini dapat sangat bervariasi, tergantung obat yang anda konsumsi, solusi yang paling tepat adalah tanyakan kepada dokter kepercayaan anda.
Sebagai contoh betapa membingungkannya hal ini, pada lembar informasi medis mengenai Zithromax, salah satu antibiotik yang diproduksi oleh perusahaan kami (gaya euy) mencantumkan bahwa dosis aman yang diperlukan untuk diberikan setelah pasien muntah, belum dapat ditentukan.
The safety of re-dosing azithromycin in pediatric patients who vomit after receiving 30 mg/kg as a single dose has not been established. In clinical studies involving 487 patients with acute otitis media given a single 30 mg/kg dose of azithromycin, 8 patients who vomited within 30 minutes of dosing were re-dosed at the same total dose.
Akan tetapi, dalam suatu studi klinik yang dilakukan oleh Pfizer, beberapa pasien yang muntah kurang dari sama dengan 30 menit diberikan kembali Zithromax dengan dosis yang sama.
Kan, bingung kan? tiap obat bisa berbeda - beda loh.

Jadi setelah saya ajak muter - muter kesana kemari dengan jawaban ini, kesimpulannya adalaaaaaah …..
Tanya pada ahlinya hahahahaha
Konsultasikan kepada dokter atau apoteker klinis kepercayaan anda, jelaskan obat apa saja yang telah dikonsumsi dan dimuntahkan oleh anak beserta kronologis lengkapnya, saya yakin mereka dapat memberikan jawaban yang tepat.
Q : Kan masnya apoteker? payah nih, kok engga bisa jawab.
Saya cuma tukang elap masin cetak tablet ヽ( `д´*)ノpuas anda? puas?

Say no to single use plastic bottle

Pagi ini saya sarapan dengan bubur ayam, dibungkus menggunakan tupperware yang dibawa sendiri dari rumah, dengan tas kain yang dapat dipakai berulang - ulang.
Mood saya menjadi kurang baik saat melihat banyak sekali orang yang membeli bubur yang dibungkus menggunakan styrofoam, dengan tambahan kerupuk pada plastik yang terpisah, dilapis dengan kantung plastik lainnya agar dapat digantung pada sepeda motor, seakan tidak cukup, masih ditambah juga dengan sendok plastik sekali pakai.
Membaca berbagai berita mengenai perubahan iklim dan masalah sampah yang disebabkan oleh aktivitas manusia membuat saya gusar dan sedih, banyak sekali berita yang kurang menyenangkan untuk dibaca yang muncul pada kanal berita di internet.


Salah satu hal kecil yang saya lakukan untuk berpartisipasi mengurangi sampah plastik adalah dengan menggunakan botol minum yang dapat dipakai berulang - ulang.
Saya selalu membawa dua botol kesayangan saya kesana kemari, baik saat bekerja, bersepeda, berlari atau jalan - jalan. Botol minum itu adalah Camelbak Podium berkapasitas 620 ml.
Botol minum saya yang satu lagi warnanya biru hatsune miku
Kenapa harus dua? Karena saya menyimpan air mineral pada botol yang berwarna hitam, dan menyimpan minuman berasa yang saya beli menggunakan botol yang berwarna biru.
Dua tahun belakangan ini saya sudah mengharamkan diri saya sendiri untuk membeli minuman dalam kemasan botol plastik, sehingga saya hanya membawa air mineral dari rumah atau membeli minuman di kios - kios, seperti McD, Chatime, J Co, dan komplotannya. :D
Jadi, tidak ada alasan untuk tidak membawa botol minum sendiri mulai sekarang!
(´ ∀ ` *)
Catatan
Saya bukan penjual, tenaga pemasar, atau pihak yang terlibat dengan semua merek yang saya sebutkan pada jawaban ini, dan postingan ini bukan merupakan suatu bentuk promosi untuk suatu produk tertentu.

Fi’zi:k M5 Boa Uomo (ノ´ヮ`)ノ*: ・゚



Setelah berbulan - bulan merencanakan membeli sepatu baru karena sepatu Shimano CT41 yang saya gunakan sudah mulai bermasalah, saya akhirnya menjatuhkan pilihan kepada Fi’zi:k M5 Boa Uomo.
Kenapa saya memilih sepatu ini?
Alasan utamanya adalah …. Pengiritan wkwkwkwk.
Saya memiliki tiga sepeda dengan genre yang berbeda - beda, jika mereka diberikan sepatu cleat dengan tipe yang berbeda - beda, bisa bangkrut saya, nanti ndak ada budget untuk beli berhala miku lagi (⇀‸↼‶)
Sepatu ini bentuknya masih lumayan sleek untuk digunakan saat bersepeda dengan roadbike, dan sangat pas jika dipakai blue-shoe-can’t ke hutan dan perbukitan di sekeliling lembang, karena memang ini adalah sepatu MTB dengan cleat SPD.
Solnya juga cukup pas, tidak terlalu lentur sehingga mengurangi transfer tenaga pada RB dan tidak terlalu licin untuk diajak downhill di cikole.
Kelemahannya ada sih, salah satunya sepatu ini akan terasa berat, gerah dan panas jika sudah bersepeda diatas 2 jam, karena ventilasinya tidak sebagus sepatu RB betulan. Tetapi karena lembang itu dingin, terkadang hal ini justru menjadi kelebihan hahahaha.

Friday, March 29, 2019

Mengapa beberapa obat dapat menyebabkan ketulian (ototoksik)? Mekanisme apa yang dipengaruhi oleh obat tersebut?

Karena malam sabtu ini saya tidak punya teman untuk diajak main keluar (seperti malam sabtu - malam sabtu sebelumnya, hiks), saya mau bercerita saja deh (´ ∀ ` *)
Kira - kira sudah banyak yang tahu belum ya kalau sebenarnya ada beberapa obat - obatan yang dapat menyebabkan ketulian?



Jadi jika ada teman kita yang mendadak tidak nyaut saat dipanggil, jangan buru - buru menuduh dia jarang membersihkan kotoran telinga yah, siapa tahu dia hanya apes karena overdosis obat - obatan ototoksik.
(o・_・)ノ”(ノ_<、)

Sebenarnya apa sih ototoksik itu?
Simpel sebenarnya, seperti banyak istilah lainnya, ototoksik merupakan gabungan dari dua kata, yaitu oto (telinga) dan toksik (racun), lebih spesifik lagi, obat - obatan ini dapat menyebabkan ketulian akibat pengaruh kepada kokleasyaraf pendengaran, dan sistem vestibular.
Karena ada bermacam - macam perangkat telinga yang mengalami gangguan akibat obat - obatan ototoksik, masalah yang mungkin ditimbulkan tidak terbatas pada gangguan pendengaran sahaja, tetapi bisa saja merembet kepada gangguan keseimbangan dan tinnitus (suara berdenging pada telinga).
“Jangan menggunakan antibiotik secara serampangan tanpa petunjuk dokter”
Wah tidak bosan - bosannya ya para bu dokter yang baik mengingatkan kita sebagai pasiennya, tetapi tetap saja kita tidak menurut, kita masih asal membeli antibiotik dan tidak menghabiskannya, bodo amat deh dengan resistensi, begitu mungkin yang kita pikirkan.
Kali ini kita mengetahui, selain resistensi, ternyata penggunaan antibiotika dengan asal juga dapat menyebabkan gangguan pendengaran yang irreversible.
Q : Mas, anu maksudnya irreversible itu apa ya?
A : Irreversible itu seperti mangkok berisi bakso yang dibalik.
Q : Maksudnya?
A : Ga bisa kembali seperti semula, yey!
Q : Jadi kalo rusak buang ya mas?
A : Iya, buang aja itu kuping biar jadi makanan kucing °˖✧◝(⁰▿⁰)◜✧˖°
Antibiotika yang bersifat (atau berpotensi) ototoksik diantaranya adalah golongan Aminoglikosida (streptomisin, kanamisin, gentamisin, neomisin, dan amikasin), Makrolida (eritromisin, azitromisin, dan klaritomisin), dan Glikopeptida (vankomisin).
Selain beberapa antibiotika yang disebut di atas, obat - obatan lain yang bersifat ototoksik diantaranya adalah diuretik loop (furosemide), kinin (obat malaria), dan obat - obatan kemoterapi seperti cisplatin dan alkaloid vinca (vincristine).
Penggunaan aspirin (asam asetil salisilat) dalam jangka waktu yang lama dengan dosis lebih besar dari 2.5 gram per hari juga berpotensi ototoksik, walaupun pendengaran akan membaik setelah penggunaan dihentikan.

Ada banyak sekali faktor dan mekanisme yang terkait dengan gangguan pendengaran akibat obat - obatan ini. Saya akan bercerita garis besarnya saja yah?
Sistem sensorik pada telinga dilindungi oleh suatu barrier yang serupa dengan Blood Brain Barrier (BBB) pada otak, barrier ini akan menghalangi masuknya zat asing selain ion, asam amino, glukosa, dan beberapa zat lain yang dibutuhkan untuk metabolisme sel pada telinga bagian dalam.
Beberapa zat kimia penyebab ototoksik seperti antibiotik golongan aminoglikosida memiliki sifat hidrofilik dan dapat menembus Blood Labyrinth Barrier pada telinga bagian dalam, menyebabkan kerusakan pada struktur koklea, termasuk sel audio-sensorik (hair cells) yang menangkap dan menerjemahkan bunyi akibat pembentukan radikal bebas/spesies oksigen reaktif, ROS inilah yang akan memicu suatu reaksi berantai kematian sel terprogram (apoptosis).
Kacownya, obat - obatan ini apabila sudah terpenetrasi ke telinga bagian dalam, akan sulit sekali dikeluarkan oleh tubuh bersama klirens darah dan akan mengendap pada cairan telinga dalam (perilymph). Oleh sebab itu, pasien yang mendapatkan perawatan dengan obat - obatan ini harus menjaga telinganya dari paparan suara keras atau faktor perusak pendengaran lainnya beberapa bulan setelah perawatan selesai.
Moral of the story, jangan dugem dulu setelah selesai perawatan dengan obat - obatan tertentu (´ ∀ ` *)
Oh yah, banyak bahan kimia lain yang juga menunjukkan impact pada pendengaran, seperti pelarut non aromatik (contohnya asetonitril), toluen dan stiren yang sering digunakan sebagai pelarut cat dan lem, sampai timbal, merkuri, asap rokok, juga karbon monoksida.
Semoga obrolan singkat ini ada manfaatnya, saya lapar mau cari bubur ayam dulu untuk sarapan :D
Terima kasih sudah berkenan membaca.