Friday, March 29, 2019

Mengapa dokter selalu meresepkan obat buatan pabrik tetapi tidak meresepkan obat tradisional bagi pasien?

Peresepan obat tradisional oleh dokter bukan merupakan praktek yang umum, kecuali mungkin untuk obat tradisonal yang sudah berstatus fitofarmaka karena sudah melalui uji klinis, ini pun sangat jarang saya temui.
Penyebabnya adalah kandungan senyawa dalam racikan obat tradisional yang bermacam - macam. Saya berikan contoh tanaman yang kita semua pasti pernah melihatnya :)).
Kunyit
Sudah diisolasi pun, dalam isolat Curcuminoids masih berisi setidaknya 4 senyawa, yaitu
  • Curcumin (curcumin I)
  • Demethoxycurcumin (curcumin II)
  • Bisdemethoxycurcumin (curcumin III)
  • Cyclocurcumin.
Bayangkan berapa banyak senyawa yang berada didalam campuran obat herbal tradisional :)
Selain itu, obat tradisional tidak seperti obat sintetik yang sudah memiliki bahan aktif farmasi tertentu sesuai indikasinya, dengan bukti ilmiah yang jelas (evidence based), hal ini menyebabkan :
  • Reaksi Obat Tidak Diinginkan (ROTD) lebih banyak dan sukar diprediksi dalam penggunaan obat tradisional.
  • Onset (saat dimana obat mulai memberikan efek) pada obat tradisional lebih lama dan sukar diprediksi pada obat tradisional.
  • Efektifitas obat tradisional yang masih sangat jauh dari obat sintetik, hal ini tentu berbahaya bagi pasien dengan keadaan krisis, seperti tingginya tekanan darah yang harus segera diturunkan.
Sehingga obat tradisional lebih rasional jika digunakan untuk menjaga kondisi pasien dengan penyakit degeneratif yang harus selalu mengkonsumsi obat dan bukan untuk mengobati. Contohnya, pasien dengan hipertensi akan diberikan obat sintetik dulu, setelah TD nya turun barulah dijaga agar tidak naik lagi dengan herbal.
Oh ya satu lagi, pada obat resep, menakar dosis itu mudah, dengan literatur resmi yang tersedia dimana - mana. Pabrik juga sudah memfasilitasi dengan bentuk sediaan dan ukuran dosis yang bermacam macam bagi setiap kondisi pasien.
Saya ambil contoh Kalium Diklofenak yang memiliki ukuran dosis 25 dan 50 mg, dalam bentuk tablet maupun gel, tentunya akan mempermudah Apoteker dan Dokter untuk menentukan regimen pengobatan yang tepat.
Jika obat tradisional? Seberapa banyak parem kocok yang diperlukan untuk meringankan nyeri sendi seorang nenek yang mengeluh kesulitan berjalan?
Tetapi, sebenarnya bisnis herbal ini merupakan niche market yang saya incar untuk dikembangkan suatu hari nanti sih, target pasarnya adaalah pasien yang harus meminum obat seumur hidup, seperti infused water seledri dengan rasa leci atau kapsul ekstrak bawang putih untuk pasien hipertensi, teh daun jati belanda dengan aroma lemon untuk pasien hiperlipidemia, maupun jus daun kumis kucing yang dikombinasikan dengan jus jeruk untuk pasien gangguan berkemih nampaknya menarik. :D

No comments:

Post a Comment